Gerakan Kampung Membaca Episode 29

GKM 29 di Cigambi
GKM 29 di Cigambi

Seperti biasanya Gerakan Kampung Membaca Komunitas Ngejah dilakukan dengan cara menyusuri kampung-kampung menggelorakan semangat baca tulis masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Setelah sebelumnya melakukan  perjalanan panjang, selama satu minggu, menyusuri kampung-kampung yang berada di luar Kecamatan Singajaya yaitu, Kecamatan Peundeuy dan Cibalong dalam rangka mengisi hari libur sekaligus program akhir tahun 2014, kini para relawan yang kembali fokus melakukan gerakan di Kecamatan Singajaya.

Sebagai program awal tahun 2015, selain membenahi perpustakaan Desa Sukawangi dan membangun Pojok Baca di Kantor Kecamatan Singajaya, Komunitas Ngejah juga melakukan Gerakan Kampung Membaca episode #29 sekaligus pembangunan Pojok Baca di Kampung Cigambi Desa Pancasura Kecamatan Singajaya.  Kunjungan ke Kampung Cigambi, sudah dilakukan tiga kali, salahsatunya saat itu diliput oleh TV Nasional, yaitu NET TV. Sesuai dengan janji yang di ucapkan oleh kang Opik, Ketua Komunitas Ngejah, bahwa setiap lokasi GKM yang menunjukan respon akan segera ditindaklanjuti dengan pendirian Pojok Baca, maka pada hari Senin, 26 Januari 2015, kami tidak hanya sekedar membawa buku, namun juga mengangkut sebuah rak untuk disimpan di sana. Sekitar pukul 03.00 sore, Iwan Ridwan selaku Koordinator dari Gerakan Kampung Membaca diikuti oleh relawan yang lainnya mendatangi kampung tersebut.

Setiba di sana, anak-anak yang sudah menunggu m sudah tidak sabar untuk mengikuti kegiata. Tanpa menunggu lama, akhirnya acara pun dimulai dengan kegiatan mendongeng. Jika di GKM sebelumnya Saepul Milah selaku bercerita tentang “Si Santri Bodoh” yang akhirnya jadi seorang ulama jumhur (terkenal) yang dapat mengarang kitab dengan pesan moral jangan putus asa dan harus sungguh-sungguh dalam meraih cita-cita, GKM kali ini Saepul Milah membawakan sebuah dongeng yang berjudul “Asal Mula Permusuhan Kucing Dan Tikus”  Dengan aksinya yang cukup memukai, dibumbui guyonan khas seorang Komedian, ia membuat anak-anak tertawa terbahak-bahak. Suasana yang sebelumnya serasa kikuk, kini berganti dengan keceriaan dari anak-anak, peserta GKM.

Dongeng yang mengisahkan keserakahan seorang tikus ini menceritakan persahabatan erat anara kucing dan tikus.   Pada suatu hari ada seorang petani yang mengadakan hajatan besar. Karena pada jaman dulu, saat mengadakan hajatan makanan disimpan di para (Ruangan kosong yang berada di tengah-tengah di antara atap dan langit-langit rumah yang sudah didesain khusus untuk menyimpan semua makanan), mendengar ada petani yang sedang melaksanakan hajatan besar si tikus dan si kucing berencana untuk mencuri persediaan makanan yang disimpan oleh petani tersebut dan sampailah si kucing dan sitikus di rumah petani. Si tikus yang dipercaya oleh si kucing untuk mengambil persediaan  makanan si petani malah menghabiskannya sendiri. Karena ketahuan oleh petani si tikus segera turun, ketika turun si tikus terpeleset dan sikucing sedang menguap. Akhirnya si tikus masuk ke mulutnya si kucing. Secara kebetulan, insiden itu disaksikan oleh seekor tikus lainnya. Dari sanalah asal mula permusuhan tikus dan kucing. Begitu ungkap Saepul Millah dalam dongengnya.

Pojok Baca Cigambi
Pojok Baca Cigambi

Setelah selesai mendongeng dilanjutkan dengan motivasi pentingnya membaca oleh Iwan Ridwan sekaligus serah terima Pojok Baca. Usztadzah Elis selaku pengasuh anak-anak di kampung tersebut sangat berterimakasih.  Elis berharap dengan disimpannya buku-buku ini anak-anak dapat memanfaatkan waktu untuk membaca. “Alhamdulilah saya merasa bersyukur dan bangga, saya ucapkan terima kasih kepada Komunitas Ngejah yang telah berbagi ilmu dengan anak-anak dan sudah mempercayai kami, dengan adanya buku-buku ini semoga dapat membantu anak-anak, dan anak-anak lebih giat lagi membaca” katanya.

Seperti yang di harapkan Uztadah Elis selanjutnya Iwan Ridwan berpesan kepada anak-anak supaya lebih giat lagi membaca, jika dulu beralasan karena tidak ada buku, sekarang tidak ada lagi alasan untuk tidak membaca, karena buku sudah tersedia. Seperti biasanya, sebelum kegiatan diakhiri, acara ditutup dengan doa bersama, dan berpose untuk exsis di depan kamera. Kang Ruli selaku seksi dokuemntasi langsung menyiapkan kameranya dan mengatur anak-anak supaya berexpresi sesuai dengan keinginannya masing-masing.

Penulis: Dede Rofi, Relawan Komunitas Ngejah.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.